Senin, 05 Desember 2016

Bleaching dan Restorasi Pasca Perawatan endodontik

hai haaii semua !
jadi aku sekarng bingung mau ngepublish apa, so aku mau ngeshare sedikit mengenai masalah penanganan diskolorasi pada gigi dll. semoga membantu ! *hehe

ceekkidooottt !

 Diskolorasi
Klasifikasi
A. Perubahan Warna Alami atau di Dapat
1.    Nekrosis Pulpa
Nekrosis dapat disebabkan oleh iritasi pada pulpa, baik itu karena bakteri, mekanik, atau kimia
Patogenesis:
      Pembuluh darah kapiler dlm kamar pula rusak sehingga terjadi hemolisis eritrosit          
      Produk degradasi darah melepas sel besi (Fe)
      Fe bersenyawa dgn hidrogen sulfida membentuk Black Ferric Sulphide yg berwarna hitam dan berpenetrasi ke dlm tubulus dentin dan terperangkap dlm tanduk pulpa
      Mewarnai dentin
2.    Pendarahan Intrapulpa
Pendarahan intrapulpa berhubungan dengan cedera tumbukan pada gigi yang menghasilkan terganggunya pembuluh darah koronal, pendarahan, dan lisis eritrosit. Jika pulpa menjadi nekrosis, perubahan warna menetap. Jika pulpa dapat bertahan, diskolorasi bisa membaik dan gigi kembali ke warna asalnya.
Patogenesis:
Cedera karena tumbukan pada gigi – pembuluh darah di koronal terputus --- terjadi pendarahan serta lisis eritrosit --- produk desintegrasi darah memasuki tubulus dentin --- mewarnai tubulus dentin
3.    Kalsifikasi Metamorfosis


           Kalsifikasi metamorfosis terjadi setelah cedera tumbukan yang tidak mengakibatkan nekrosis pulpa. Pada keadaan ini, pasokan darah terputus sementara. Patogenesis: Cedera tumbukan pada gigi --- pulpa tdk nekrosis --- pasokan darah terputus sementara, odontoblas rusak --- odontoblas yang rusak diganti ole sel-sel yang membentuk dentin tersier di dinding kamar pulpa --- koronal berangsur-angsur menurun translusensinya --- menjadi kekuning-kuningan atau cokelat-kuning
4.      Usia
Pada pasien lebih tua, diskolorasi terjadi secara fisiologis seperti email semakin menipis karena abrasi/erosi, dentin semakin menebal karena pembentukan dentin sekunder dan dentin reparatif. Diskolorasi juga dapat terjadi karena makanan dan minuman. Restorasi yang sudah ada yang mengalami degradasi juga dapat menambah diskolorasi.
5.      Defek Perkembangan
Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan pada saat odontogenesis. Fluorosis Endemik, Masuknya sejumlah fluor saat pembentukan gigi yang menyebabkan kerusakan struktur yang mengalami mineralisasi dan mengakibatkan terjadinya hipoplasia. Patogenesis: Masuknya sejumlah fluor saat odontogenesis --- saat erupsi, gigi terlihat keputih-putihan dan porus ---  secara bertahap akan menyerap warna dari bahan kimia di rongga mulut
6.      Tetrasiklin
Diskolorasi karena tetrasiklin biasanya bilateral dan mengenai banyak gigi dikedua lengkung rahang. Dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan keparahannya: 
      Perubahan warna derajat satu Kuning muda, coklat muda, dan abu-abu muda, serta terjadi secara merata dan menyeluruh pada mahkota gigi.
      Perubahan warna derajat dua Lebih parah & menyeluruh pada mahkota Perubahan warna derajat ketiga
      Perubahan warna yang sangat intens dan pada mahkota klinisnya terlihat ada sabuk warna yang horizontal.
Patogenesis : 
Pemberian tetrasiklin ----> tetrasiklin mengikat kalsium ----> bergabung ke dalam cristal hidroksiapatit, baik di dentin maupun di email.
7.      Monosiklin
Monosiklin diserap dari gastrointernal tract dan berkombinasi dengan kalsium, karenanya pemberian minosiklin, baik pada anak-anak maupun orang dewasa dapat menyebabkan diskolorasi pada gigi. Pigmentasi pada gigi tampak karena kemampuan minosiklin untuk berikatan dengan besi & membentuk compleks yanyang tidak bisa dipecahkan. 
Patogenesis : 
Pemberian minosiklin ---> diserap dari gastrointernal tract ---> berkombinasi dengan kalsium ----> intrinsik dental stain.
8.      Defek dalam pembentukkan gigi
      Hipokalsifikasi 
Terlihat sebagai warna kecoklatan atau daerah putih yang berbekas jelas, sering pada aspek facial mahkota.
      Hipoplasia
Emailnya cacat atau porus. Email yang porus mudah menyerap warna dari rongga mulut
9.      Kelainan darah dan faktor lain.
Berbagai kondisi sistemik dapat mengakibatkan lisis eritrosit. Apabila hal ini terjadi dalam pulpa pada usia muda, produk kerusakan darah dapat masuk ke dalam & mewarnai dentin yang sedang terbentuk.
B. Perubahan warna iatrogenik
1.      Tidak bersihnya pembuangan material obturasi dari kamar pulpa saat menyelesaikan perawatan saluran akar, dapat menimbulkan warna kehitaman pada gigi.
2.      medikamen intrakanal
Medikamen intrakanal golongan fenol atau lodoform yang biasa dimasukkan dalam ruang saluran akar, berkontak langsung dengan dentin. Terkadang dalam waktu yang lama, memungkinkan medikamen berpenetrasi dan beroksidasi, sehingga cenderung mewarnai dentin secara perlahan-lahan.
3.      sisa jaringan pulpa 
Fragmen pulpa yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya di dalam tanduk pulpa, dapat mengakibatkan perubahan warna secara perlahan. Tanduk pulpa harus dibuka dan terekspos pada saat pembuatan akses untuk memastikan bahwa seluruh jaringan pulpa telah terangkat dan menghindari retensi semen saluran akar pada tahap berikutnya.
4.      Restorasi korona
      Restirasi logam
Amalgam merupakan penyebab paling utama, karena elemen warna gelapnya dapat mengubah dentin menjadi abu-abu gelap.
      Restirasi komposit
Diskolorasi pada RK disebabkan karena kebocoran mikro. Tepi tumpatan yang terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia diantara restorasi & struktur gigi serta mewarnai dentin dibawahnya. 
2.2 Perawatan Diskolorasi
2.2.1 Bleaching
A. Bahan
Bahan yang digunakan sebagai pemutih gigi untik intracoronal bleaching yang sering di gunakan adalah natrium perborat dan hidrogen peroxide. Sedangkan ekstrakoronal bleaching adalah karbamid peroxide dan hidrogen peroxide.
1.      hidrogen peroksida
      berbentuk cairan jernih, sangat stabil, tidak bau dan bersifat asam.
      Merupakan oksidator kuat, mudah dicampur dengan air dan alkohol
      Digunakan pada in-office bleaching dan in-home bleaching. Bahan in-office material mengandung H2O2 tinggi (25-38%) sementara itu at home bleaching biasanya berkisar 3-7,5%. Hidrogen peroxide dengan konsentrasi tinggi seperti pada in office bleaching dapat menyebabkan terbakarnya jaringan yang berkontak, maka dari itu harus sangat hati-hati dalam mempergunakannya.
      H2O2 dengan konsentrasi 30-35% disebut superoxol yang banyak digunakan pada intra dan ekstrakoronal bleaching.
2.      sodium perborat
      berbentuk bubuk (powder) ketika basah mengandung 95% perborate, sama dengan 9.9% oksigen yang tersedia. Stabil ketika kering.
      Dalam keadaan asam, air, atau panas, terurai menjadi sodium metaborat
3.      karbamid peroksida
      dikenal juga dengan hidrogen peroksida urea. Dapat diperoleh dalam berbagai konsentrasi
      terdapat dalam bentuk kristal putih/ sebagai powder terkristalisasi
      sering digunakan sebagai in-home use bleaching
      penggunaannya dengan cara meletakan pada tray
      memiliki derajat keasaman sedang yaitu dengan Ph 6.5. 2
B. Jenis dan Prosedur
1.      Teknik Pemutihan Interna (Nonvital)
Metode yang paling sering digunakan untuk memutihkan gigi yang berkaitan dengan perawatan saluran akar adalah teknik termokatalitik dan apa yang disebut teknik walking bleach. Teknik-teknik ini mempunyai beberapa perbedaan, tetapi keduanya mempunyai hasil yang sama. Walking bleach lebih dipilih karena waktu lebih singkat dan lebih nyaman serta lebih aman untuk pasien. Apapun teknik yang dipakai, bagian yang paling aktif adalah oksidator, yang tersedia dalam berbagi bentuk bahan kimia. Yang dipilih adalah bentuk yang paling tidak keras.
Teknik termokatalitik
Adalah teknik pemutihan dengan meletakkan material oksidator didalam kamar pulpa dan kemudian memanaskannya. Panas ini diperoleh dari lampu, alat yang dipanaskan, atau alat pemanas listrik yang dibuat khusus untuk memutihkan gigi.
Teknik walking bleach
a.       Buatlah radiograf untuk melihat keadaan jaringan periapeks dan kualitas perawatan saluran akarnya. Perawatan yang gagal dan pengisisan saluran akar yang meragukan harus dirawat ulang sebelum pemutihan dilakukan
b.      Periksalah kualitas dan warna setiap tumpatan yang ada: bila rusak harus segera diganti.
c.       Evaluasi warna gigi dan buat foto pada saat mulai dan selama prosedur dilakukan.
d.      Isolasi gigi dengan isolator karet.
e.       Bongkarlah tumpatan pada kavitas akses.
f.       Semua bahan harus diangkat sampai sedikit dibawah margin gingiva.
g.      Lalu, letakkan basis semen protektif  seperti semen polikarboksilat, zinc fosfat, ionomer kaca.
h.      Siapkan pasta walking bleach dengan mencampurkan  Na-perborat dengan cairan yang inert seperti air sehingga membentuk konsistensi seperti pasir basah. Selanjutnya penuhi kamar pulpa dengan pasta, memakai instrument plastis. Kelebihan cairan ditekan dengan butiran kapas .
i.        Buanglah kelebihan pasta oksidator dari daerah undercut di dalam tanduk pulpa dan daerah gingival dengan eksplorer. Di atas pasta dan kedalam undercut, diaplikasikan langsung campuran padat OSE atau cavit.
j.        Buka isolator karet. Pasien diberi tahu bahwa mungkin bahan pemutihnya mungkin belum akan terjadi dalam waktu 2 atau 3 minggu.
k.      Jika warna yang diinginkan sudah dicapai, maka tumpatan sementara dibongkar dan diganti dengan tumpatan permanen.
2.      Teknik Pemutihan Eksterna (Vital)
Hasil dari apa yang disebut teknik pemutihan vital (aplikasi oksidator pada permukaan email gigi vital) jauh lebih sukar diramalkan. Variabel yang ada lebih banyak dibandingkan teknik internal. Jika perubahan warnanya ada di dentin, dan material pemutihnya diletakkan di email yang relative tidak permeable, maka peluang material pemutih mencapai daerah yang berubah warna hanya sedikit. Lain halnya jika perubahan warnanya pada email, atau emailnya rusak atau porus, maka hasilnya bisa diharapkan lebih bagus. Telah banyak teknik yang dianjurkan untuk pemutihan eksterna pada gigi vital. Beberapa kasus perubahan warna berhasil dirawat dengan teknik ini tetapi ada pula yang tidak. Factor-faktor yang menentukan adalah lokasi dan sifat perubahan warnanya.
            Teknik pemutihan eksterna, antara lain:
      Teknik Pumis Asam
Prosedurnya adalah:
-    Gigi yang akan dirawat, difoto dahulu untuk digunakan sebagai arsip dan bahan pembanding kelak.
-    Gingival dilindungi dan gigi diisolasi dengan hati-hati dengan isolator karet.
-    Wajah pasien yang terbuka dan matanya ditutup dengan kain atau handuk agar terlindung dari cipratan asam.
-    Larutan HCl 36% dicampur dengan air suling yang sama banyak sehingga membentuk larutan HCl 18%. Bubuhkan bubuk pumis halus sehingga menjadi pasta kental. Pada cawan dappen yang lain, campurkan natrium bikarbonat dan air sampai menjadi pasta kental , yang akan digunakan kemudian sebagai penetral asam.
-    Pasta pumis HCl diaplikasikan pada email  selama 5 detik. Permukaan rmail kemudian dicuci dengan air selama 10 detik. Pasta diaplikasikan lagi sampai warna yang dikehendaki tercapai.
-    Permukaan gigi dinetralkan dengan campuran Na-bikarbonat dan air.
      Mouthguard Bleaching/nightguard bleaching
Teknik ini umumnya digunakan untuk perubahan warna ringan dan pada dasarnya dianjurkan bagi teknik pemutihan yang bisa dilakukan sendiri oleh pasien (home bleaching technique)
      Pemutihan dengan Laser
Efek pemutihannya diperoleh dengan proses oksidasi kimia yang diinduksi laser, yang secara cepat akan memecah hydrogen peroksida menjadi oksigen dan air. Macam laser yang digunakan ada dua yakni laser argon yang memancarkan sinar biru dan laser CO2 yang memancarkan sinar inframerah.1
C. Indikasi dan Kontraindikasi
Bleaching non-vital
Indikasi
      Perubahan warna berasal dari kamar pulpa
      Perubahan warna dentin
      Perubahan yang tidak dapat diatasi dengan perubahan eksternal
Kontraindikasi
      Perubahan warna email superficialis
      Pembentukan email tidak sempurna
      Kehilangan dentin yang parah
      Karie
      Komposit yang berubah warna
Bleachin vital
Indikasi
      Perubahan warna email yang ringan
      Florosis indemik
      Perubahan warna terkait dengan unsur
Kontraindikasi
      Perubahan warna kehitaman yang parah
      Kehilangan email yang parah
      Dekat dengan tanduk pulpa
      Karies
      Gigi yang hipersensitif
      Restorasi korona yang buruk1
D. Evaluasi Pasca Bleaching
1.       Bleaching eksternal
Penelitian jangka panjang masih sedikit di lakukan dan tingkat keberhasilannya hanya terlihat pada diskolorasi kuning muda pada gigi muda. Sedangkan untuk diskolorasi yang lebih gelap bleaching eksternal ini hanya sedikit memberi respon pada permungkaan gigi.
      Power bleaching
Pasien diberi tau tentang prosedur namun hasilnya bervariasi. An dapat terjadi peningkatan kesensitivitasan dalan 2-3 hari, serta pasien juga harus di instruksikan tidak memakan-makanan seperti tembakau, teh atau kopi dan lain-lain.
      At home bleaching
Jika ada gangguan silahkan segera hentikan prosedur pemakaian dan cari pertolongan dokter gigi. Hasil bisa stabil selama 1-10 tahun.
2.      Bleaching internal
Berhasil memulihkan perubahan warna yang parah dan efeknya bertahan dalam wakt yang lama
      Walking bleaching
Jika hasil yang diinginkan belum tercapai bisa diberikan penambahan 3% H2O2 namun pasien harus diberi tahukan tentang resikonya. Jika dalam waktu 3-4x pertemuan tidak ada peningkatan maka diagnosis dan rencana perawatan harus di diagnosis kembali. 3
2.2.2   Veneer     
A.    Jenis
Veneer dapat dibagi menjadi full veneer dan partial veneer. Full veneer diindikasikan untuk gigi dengan area diskolorasi yang melibatkan hampir seluruh permukaan fasial, sedangkan partial veneer diindikasikan untuk gigi yang area diskolorasinya terlokalisir.
B.     Indikasi
Veneer diindikasikan untuk gigi yang mengalami :
1.      Malformasi
2.      Diskolorasi
3.      Erosi
4.      Abrasi
5.      Kesalahan Restorasi
C.    Prosedur
1.      Direct Veneer
      Direct Partial Veneer
Direct partial veneer dilakukan pada gigi yang mengalami diskolorasi dengan dikelilingi oleh email sehat, pada teknik ini dapat digunakan light-cure composite sebagai bahannya.
Tekniknya adalah :
-    Pembersihan
-    Pemilihan Warna
-    Isolasi dengan cotton roll atau rubber dam
-    Buat outline form sesuai dengan keluasan area diskolorasi
-    Etsa
-    Restorasi
      Direct Full Veneer
Direct full veneer dilakukan pada kasus enamel hypoplasia yang luas (misal meliputi seluruh gigi anterior maksila) atau pada gigi yang mengalami diastema (antara gigi insisivus sentral). Pada teknik ini, dapat digunakan microfilled composite sebagai bahannya.
Untuk contoh kasus enamel hypoplasia, veneer dapat diselesaikan untuk 6 gigi sekaligus dalam sekali pertemuan, meskipun begitu, alangkah lebih baiknya jika diselesaikan dalam 2 pertemuan.
Tekniknya adalah :
-    Gigi dibersihan
-    Pemilihan Warna
-    Isolasi  menggunakan cotton roll dan benang retraksi
-    Kedua gigi insisivus sentral dipreparasi dengan bur diamond di mana ketebalannya berkisar 0,5-0,75 mm.
-    Etsa
-    Bilas
-    Pengeringan
-    Aplikasi bahan bonding
-    Perlekatan resin komposit dengan teknik inkremen
-    4 gigi anterior lainnya dilakukan teknik yang sama di pertemuan berikutnya.
2.    Indirect Veneer
Secara umum, indirect veneer dapat dilakukan dengan menggunakan komposit, feldspatic porcelain, dan cast/pressed ceramic
      No Prep Veneer
No prep veneer dapat diaplikasikan pada gigi tanpa preparasi. Namun bisa menimbulkan beberapa masalah. Maka hanya dipakai pada gigi yang over-contoured, memiliki interdental space, dan memiliki incisal embrasure yang terbuka. Karena beberapa alasan, maka no prep veneer merupakan kontraindikasi.
      Etched Porcelain Veneer
-          Preparasi intraenamel
Dilakukan dengan menggunakan bur intan runcing atau bulat. Pertama, buat outline tepi dengan menggerakan bur dari masing masing permukaan proksimal gigi. Lalu kemudian lakukan reduksi fasial dengan membaginya menjadi 3 zona yaitu 1/3 insisal, 1/3 tengah dan 1/3 gingiva. Kemudian, lalukan reduksi pada bagian incisal egde dengan kedalaman 1-1,5 mm.
-          Buat cetakan pada gigi yang telah dipreparasi dengan menggunakan bahan elastomer untuk dicetak di laboratorium kedokteran gigi.
-          Pada pertemuan selanjutnya, isolasi gigi lalu evaluasi kecocokan veneer dengan struktur gigi.
-          Etsa permukaan gigi
-          Aplikasian bahan bonding ke gigi yang telah dietsa dan bagian dalam veneer
-          Aplikasikan semen resin ke veneer
-          Letakkan veneer pada gigi
-          Buang kelebihan bahan dengan microbrush, polyester strip
-          Cure dengan alat light-curing
-          Buang kelebihan dengan surgical blade no.12
-          Pakai bur intan untuk men-dressing bagian marginal
-          Gunakan bur carbide untuk melakukan polishing.4
2.2.3        Perawatan lain
A.    Mikroabrasi
Suatu perawatan di mana selapis tipis enamel kira-kira 0.1 mm disingkirkan dengan teknik erosi dan abrasi secara stimulian. Biasanya permukaan enamel dietsa dengan asam fosfat 36% atau asam hidroklorik 18% dan dipolis dengan pumice dan air sehingga kilat. Teknik ini hanya diindikasikan untuk kasus diskolorisasi pada enamel superfisial atau diskolorasi intrinsik. Kontraindikasinya adalah diskolorasi yang parah / diskolorisasi pada lapisan enamel dan dentin.
Teknik :
      Gigi yang akan di rawat di foto untuk catatan permanen dan sebagai dasar untuk perbedaan selanjutnya.
      Gingiva dan gigi hati-hati diisolasi.
      Campurkan 18% asam hidroklorik dengan bubuk pumice yang sesuai untuk membentuk pasta yang tebal. Di dalam dappen glass, campurkan sodium carbonat dan air untuk membentuk pasta tipis yang akan menetralisir asam.
      Lalu aplikasikan ke permukaan enamel dengan gerakan menggosok selama 5 detik. Lalu permukaan enamel disiram selama 10 detik dengan air.
      Jika warna gigi yang diinginkan belum muncul taruh berulang pasta tebal tadi.
      Lalu netralkan permukaan enamel dengan campuran sodium carbonat, dan gigi diberikan pasta profilaktik untuk menghaluskan permukaan.
B.     Makroabrasi
Untuk mikroabrasi, sedikit lebih banyak permukaan enamel diambil yaitu sedalam 0.4 mm tidak lebih. Hal ini mengindikasikan mahkota mengalami kekurangan ketebalan enamel. Untuk makroabrasi teknik yang digunakan sama dengan teknik mikroabrasi.5

2.3        Restorasi Pasca Endodontik
2.3.1        Jenis Restorasi
  1. Resin Komposit
Sifat Fisik:
Resisten terhadap perubahan warna
      Tensile dam compresive strength lebih rendah dari amalgam
      Setting terjadi 20-30 detik (setelah penyinaran)
Sifat mekanis:
      Adhesi terjadi apabila dua substansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak apabila disebabkan adanya gaya tarik—menarik yang timbul antara kedua benda tersebut
      Kekuatan kompresif dan tensil RK lebih unggul dibandingkan resin akrilik
 SifatKremis:
      Resin gigi menjadi padat apabila berpolimerasi
  1. Mahkota Pasak
      Modulus elastisitas, compresive stregth dengankoefisien ekspansi termal yang sama dengan dentin
      ketahan terhadap korosi
  1. Onlay
      Memperkuat gigi yang lemah karena karies/restorasi yang sebelumnya
      pada gigi posterior dapat menggantikan RKmemiliki sifat yang lebih
      resisten terhadap abrasif
      setelah oklusal adjustment harus dipoles kembali dapat mengabrasi gigi antagonisnya
      kuat
      tidak mudah aus
      biokompetibel
      kontrol  aus
      restorasi bersifat sementara
      berisiko meretakkan gigi bila pasien sedang makan makanan panas/dingin.6-8
2.3.2        Pertimbangan Periodontal
Kebanyakan kegagalan perawatan endodontik disebabkan karna pemilihan restorasi yang kurang tepat. Jadi dasar pertimbangan nya yaitu :
a.       Banyaknya jaringan keras gigi yang tersisa
Banyaknya jaringan keras gigi yang tersisa mempengaruhi retensi dan resistensi. Retensi maksudnya adalah suatu bentuk preparasi sedemikian rupa sehingga restorasi tidak terlepas dari gigi, sedangkan resistensi adalah suatu bentuk preparasi yang dimaksudkan agar gigi beserta restorasi mampu menahan tekanan kunyah
b.      Fungsi gigi
Fungsi gigi dalam lengkung rahang juga mempengaruhi perimbanga restorasi, karna jika gigi posterior yang terkena maka beban kunyah yang diterima besar, diindikasi kan menggunakan restorasi onlay jika jaringan gigi yang tersisa sedikit, jika jaringan yang tersisa banyak maka bisa menggunakan komposit high strength dengan catatan kavitas tidak sampai ke daerah proximal gigi
c.       Posisi/lokasi gigi
Posisi gigi dalam lengkung rahang juga mempengaruhi karna jika yang dimaksud adalah gigi anterior maka mempertimbangkan nilai estetik nya, diindikasikan menggunakan Resin komposit jika jaringan yang tersisa banyak, namun jika tidak maka gunakan restorasi pasak yang diindikasikan untuk jaringan gigi yang tersisa kurang dari 1/3 koronal
d.        Morfologi/anatomi saluran akar
Morfologi saluran akar menjadi pertimbangan restorasi, jika gigi yang dimaksud adalah gigi anterior dengan kerusakan mahkota yang parah namun memiliki saluran akar bengkok itu akan menjadi perimbangan untuk menggunakan restorasi pasak. Untuk gigi posterior bisa menggunakan pasak namun pada saluran akar distal jika rahang bawah dan saluran akar palatal jika rahang atas dengan catatan saluran akar tidak bengkok karna akan sulit menggunakan pasak.9
2.3.3        Jenis Dowel Crown
Foundation Restoration(Restorasi Pondasi)        
Pertimbangan Umum :
      Banyak meterial dan teknik yang ada tapi tidak ada kombinasi materialyang dapat mensubstitusi struktur gigi dengan baik
      Semakin bnyak struktur gigi yang tersisa prognosis smakin baik
      Struktur korona membantu menciptakan ferrule
syarat sukses crown :
      Ferrule harus paling tidak 2-3 mm
      Dinding aksial harus paralel
      Restorasi harus mengelilingi gigi secara keseluruhan
   Margin harus berada di gigi utuh
      Crown dan preparasinya tidak boleh mengganggu perlekatan periodonsium
Jenis Foundation Restoration
      Direct
Digunakan ketika ada cukup jaringan pada tepi gigi yang di preparasi, post disementasi di saluran akar dan core dibangun  di gigi tersebut secara langsung
      Pasak(post)
Pasak membutuhkan retensi dan resistensi yang baik
a.       Metal
-          Gold Alloy, Titanium, Stainless steel
-          Sangat kuat dan kaku
-          Flexural strength baik
b.      Fiber
-          Terdiri dari fiber(karbon, kaca, silika) yang terkandung dalam resin(Bis-GMA, UDMA, TEGDMA, atau epoksi)
-          Yang paling sering adalah karbon+epoxy tapi quartz+epoxy lebih baik dlm sifat fisik, estetis.
-          Flexural strength : 100 MPa
      Core
Pengganti karies, koronal yang hilang, membatu menahan restorasi akhir
Sifat :
-          compressive dan flexural strength baik
-          Stabilitas dimensi baik
-          Mudah dimanipulasi
-          Setting time cepat
-          Kemampuan bonding ke gigi dan pasak
      Resin Komposit
-          Superior dibanding GIC dan amalgam
-          Adhesif
-          Mudah dimanipulasi
-          Setting cepat
-          Translusen dan opasitas tinggi
-          Dapat dipakai dengan pasak metal, fiber, danzirkonia
-          Pasta selfcure dan lightcure
-          Kekurangannya : Mikroleakage, degradasi, harus menyisa 2 mm dri margin
      Amalgam
-          Compressive strength tinggi
-          Tensile strength tinggi
-          Modulus elastisitas baik
-          Jika digunakan dngan pasak metal lebih kuat dari post and core cast
-          Kekurangan : non-adhesive, potensi korosi, diskolorasi
Dapat digunakan tanpa pasak dan dengan pasak metal, menggunakan teknik amalcore yaitu amalgam dipadatkan ke kamar pulpa dan ke korona masing-masing kanal sekitar 2-3 mm.
      GIC dan RMGIC
-          Efek kariostatik karena adanya flouride-release
-          Kekurangan ; strength rendah, mudah fraktur
-          Indikasi : di gigi posterior yang memungkinkan material pengisi, sound dentin tersisa masih banyak, harus ada kontrol karies.
-          Kontraindikasi : gigi anterior yang tipis, menggantikan cusp yang tidakada dukungan sekitar lagi.
-          Kelebihan RMGIC: strength diatas rata-rata lebih baik dari GiC tapi lebih rendah dari RK, adekuat untuk buildup ukuran sedang.
-          Kekurangan RMGIC :ekspansi higroskopik yang dapat menyebabkan fraktur pada crown ceramic dan akar yang rapuh.
       Indirect Foundation Restoration
Cast and post core
-          Yang digunakan adalah noble alloy, yang sifatnya :
-          Kekakuan : 86-100 Gpa
-          Strength : 1500 Mpa
-          Resisten thd korosi
-          Kekurangan : memakan struktur gigi yang sehat utk insersi,  prosedur mahal dan teknik tinggi
       Lutting cement
-          Semen tradisionaal : zink fosfat atau semen polikarboksilat dalam posder dan liquid
-          Gic konvensional : kompressive strength 100-200 Mpa, Modulus e : 5 Gpa, lebih resisten dari zink fosfat dan bisa dibonding dgn dentin
-          RMGIC : tidak diindikasikan untuk sementasi pasak karena ekspansi higroskopik
-          Resin based : Compressive strength : 200 Mpa, ME : 4-10 Gpa
-          Self adhesive cement : Alternative dari resin based10

 SEMOGA BISA MEMBANTU 
Jadikan ini sebagai bacaan tambahan saja ya guys ! karena sebaiknya kalian membaca textbook karena setiap ilmu yang kalian dapatkan harus dari sumber yang jelas agar kalian bisa mempertanggung jawabkannya
be smart guys !