hai haaii semua !
jadi aku sekarng bingung mau ngepublish apa, so aku mau ngeshare sedikit mengenai masalah penanganan diskolorasi pada gigi dll. semoga membantu ! *hehe
ceekkidooottt !
Diskolorasi
Klasifikasi
A. Perubahan Warna Alami atau di Dapat
1. Nekrosis Pulpa
Nekrosis dapat disebabkan oleh iritasi pada pulpa,
baik itu karena bakteri, mekanik, atau kimia
Patogenesis:
• Pembuluh darah kapiler dlm kamar pula rusak sehingga
terjadi hemolisis eritrosit
• Produk degradasi darah melepas sel besi (Fe)
• Fe bersenyawa dgn hidrogen sulfida membentuk Black
Ferric Sulphide yg berwarna hitam dan berpenetrasi ke dlm tubulus dentin dan
terperangkap dlm tanduk pulpa
• Mewarnai dentin
2. Pendarahan Intrapulpa
Pendarahan intrapulpa berhubungan dengan cedera
tumbukan pada gigi yang menghasilkan terganggunya pembuluh darah koronal,
pendarahan, dan lisis eritrosit. Jika pulpa menjadi nekrosis, perubahan warna
menetap. Jika pulpa dapat bertahan, diskolorasi bisa membaik dan gigi kembali
ke warna asalnya.
Patogenesis:
Cedera karena tumbukan pada gigi – pembuluh darah di
koronal terputus --- terjadi pendarahan serta lisis eritrosit --- produk
desintegrasi darah memasuki tubulus dentin --- mewarnai tubulus dentin
3. Kalsifikasi Metamorfosis
Kalsifikasi
metamorfosis terjadi setelah cedera tumbukan yang tidak mengakibatkan nekrosis
pulpa. Pada keadaan ini, pasokan darah terputus sementara. Patogenesis: Cedera
tumbukan pada gigi --- pulpa tdk nekrosis --- pasokan darah terputus sementara,
odontoblas rusak --- odontoblas yang rusak diganti ole sel-sel yang membentuk
dentin tersier di dinding kamar pulpa --- koronal berangsur-angsur menurun
translusensinya --- menjadi kekuning-kuningan atau cokelat-kuning
4.
Usia
Pada pasien
lebih tua, diskolorasi terjadi secara fisiologis seperti email semakin menipis
karena abrasi/erosi, dentin semakin menebal karena pembentukan dentin sekunder
dan dentin reparatif. Diskolorasi juga dapat terjadi karena makanan dan
minuman. Restorasi yang sudah ada yang mengalami degradasi juga dapat menambah
diskolorasi.
5.
Defek
Perkembangan
Perubahan warna
dapat terjadi karena kerusakan pada saat odontogenesis. Fluorosis Endemik,
Masuknya sejumlah fluor saat pembentukan gigi yang menyebabkan kerusakan
struktur yang mengalami mineralisasi dan mengakibatkan terjadinya hipoplasia.
Patogenesis: Masuknya sejumlah fluor saat odontogenesis --- saat erupsi, gigi
terlihat keputih-putihan dan porus ---
secara bertahap akan menyerap warna dari bahan kimia di rongga mulut
6.
Tetrasiklin
Diskolorasi
karena tetrasiklin biasanya bilateral dan mengenai banyak gigi dikedua lengkung
rahang. Dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan keparahannya:
• Perubahan warna derajat satu Kuning muda, coklat muda, dan abu-abu
muda, serta terjadi secara merata dan menyeluruh pada mahkota gigi.
• Perubahan warna derajat dua Lebih parah & menyeluruh pada mahkota
Perubahan warna derajat ketiga
• Perubahan warna yang sangat intens dan pada
mahkota klinisnya terlihat ada sabuk warna yang horizontal.
Patogenesis :
Pemberian tetrasiklin ----> tetrasiklin mengikat kalsium ----> bergabung ke dalam cristal hidroksiapatit, baik di dentin maupun di email.
Patogenesis :
Pemberian tetrasiklin ----> tetrasiklin mengikat kalsium ----> bergabung ke dalam cristal hidroksiapatit, baik di dentin maupun di email.
7.
Monosiklin
Monosiklin
diserap dari gastrointernal tract dan berkombinasi dengan kalsium, karenanya
pemberian minosiklin, baik pada anak-anak maupun orang dewasa dapat menyebabkan
diskolorasi pada gigi. Pigmentasi pada gigi tampak karena kemampuan minosiklin
untuk berikatan dengan besi & membentuk compleks yanyang tidak bisa
dipecahkan.
Patogenesis :
Pemberian minosiklin ---> diserap dari gastrointernal tract ---> berkombinasi dengan kalsium ----> intrinsik dental stain.
Patogenesis :
Pemberian minosiklin ---> diserap dari gastrointernal tract ---> berkombinasi dengan kalsium ----> intrinsik dental stain.
8. Defek dalam pembentukkan gigi
• Hipokalsifikasi
Terlihat
sebagai warna kecoklatan atau daerah putih yang berbekas jelas, sering pada
aspek facial mahkota.
• Hipoplasia
Emailnya
cacat atau porus. Email yang porus mudah menyerap warna dari rongga mulut
9.
Kelainan
darah dan faktor lain.
Berbagai kondisi
sistemik dapat mengakibatkan lisis eritrosit. Apabila hal ini terjadi dalam
pulpa pada usia muda, produk kerusakan darah dapat masuk ke dalam &
mewarnai dentin yang sedang terbentuk.
B. Perubahan warna iatrogenik
1.
Tidak
bersihnya pembuangan material obturasi dari kamar pulpa saat menyelesaikan
perawatan saluran akar, dapat menimbulkan warna kehitaman pada gigi.
2.
medikamen
intrakanal
Medikamen intrakanal golongan fenol atau
lodoform yang biasa dimasukkan dalam ruang saluran akar, berkontak langsung
dengan dentin. Terkadang dalam waktu yang lama, memungkinkan medikamen
berpenetrasi dan beroksidasi, sehingga cenderung mewarnai dentin secara
perlahan-lahan.
3.
sisa
jaringan pulpa
Fragmen pulpa yang tertinggal di dalam mahkota,
biasanya di dalam tanduk pulpa, dapat mengakibatkan perubahan warna secara
perlahan. Tanduk pulpa harus dibuka dan terekspos pada saat pembuatan akses
untuk memastikan bahwa seluruh jaringan pulpa telah terangkat dan menghindari
retensi semen saluran akar pada tahap berikutnya.
4.
Restorasi
korona
• Restirasi logam
Amalgam merupakan penyebab paling utama, karena
elemen warna gelapnya dapat mengubah dentin menjadi abu-abu gelap.
• Restirasi komposit
Diskolorasi pada RK disebabkan karena kebocoran
mikro. Tepi tumpatan yang terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia
diantara restorasi & struktur gigi serta mewarnai dentin dibawahnya. 1
2.2 Perawatan Diskolorasi
2.2.1 Bleaching
A. Bahan
Bahan yang digunakan sebagai pemutih gigi untik
intracoronal bleaching yang sering di gunakan adalah natrium perborat dan
hidrogen peroxide. Sedangkan ekstrakoronal bleaching adalah karbamid peroxide
dan hidrogen peroxide.
1.
hidrogen peroksida
•
berbentuk cairan jernih, sangat stabil, tidak
bau dan bersifat asam.
•
Merupakan oksidator kuat, mudah dicampur dengan
air dan alkohol
•
Digunakan pada in-office bleaching dan in-home
bleaching. Bahan in-office material mengandung H2O2
tinggi (25-38%) sementara itu at home bleaching biasanya berkisar 3-7,5%.
Hidrogen peroxide dengan konsentrasi tinggi seperti pada in office bleaching
dapat menyebabkan terbakarnya jaringan yang berkontak, maka dari itu harus
sangat hati-hati dalam mempergunakannya.
•
H2O2 dengan konsentrasi
30-35% disebut superoxol yang banyak digunakan pada intra dan ekstrakoronal
bleaching.
2.
sodium perborat
•
berbentuk bubuk (powder) ketika basah
mengandung 95% perborate, sama dengan 9.9% oksigen yang tersedia. Stabil ketika
kering.
•
Dalam keadaan asam, air, atau panas, terurai menjadi
sodium metaborat
3.
karbamid peroksida
•
dikenal juga dengan hidrogen peroksida urea.
Dapat diperoleh dalam berbagai konsentrasi
•
terdapat dalam bentuk kristal putih/ sebagai
powder terkristalisasi
•
sering digunakan sebagai in-home use bleaching
•
penggunaannya dengan cara meletakan pada tray
•
memiliki derajat keasaman sedang yaitu dengan
Ph 6.5. 2
B. Jenis dan Prosedur
1.
Teknik
Pemutihan Interna (Nonvital)
Metode yang paling sering digunakan untuk memutihkan
gigi yang berkaitan dengan perawatan saluran akar adalah teknik termokatalitik
dan apa yang disebut teknik walking bleach. Teknik-teknik ini mempunyai
beberapa perbedaan, tetapi keduanya mempunyai hasil yang sama. Walking bleach
lebih dipilih karena waktu lebih singkat dan lebih nyaman serta lebih aman
untuk pasien. Apapun teknik yang dipakai, bagian yang paling aktif adalah
oksidator, yang tersedia dalam berbagi bentuk bahan kimia. Yang dipilih adalah bentuk
yang paling tidak keras.
Teknik termokatalitik
Adalah teknik pemutihan dengan
meletakkan material oksidator didalam kamar pulpa dan kemudian memanaskannya.
Panas ini diperoleh dari lampu, alat yang dipanaskan, atau alat pemanas listrik
yang dibuat khusus untuk memutihkan gigi.
Teknik walking bleach
a.
Buatlah radiograf untuk melihat keadaan
jaringan periapeks dan kualitas perawatan saluran akarnya. Perawatan yang gagal
dan pengisisan saluran akar yang meragukan harus dirawat ulang sebelum
pemutihan dilakukan
b. Periksalah
kualitas dan warna setiap tumpatan yang ada: bila rusak harus segera diganti.
c. Evaluasi
warna gigi dan buat foto pada saat mulai dan selama prosedur dilakukan.
d. Isolasi
gigi dengan isolator karet.
e. Bongkarlah
tumpatan pada kavitas akses.
f. Semua
bahan harus diangkat sampai sedikit dibawah margin gingiva.
g. Lalu,
letakkan basis semen protektif seperti
semen polikarboksilat, zinc fosfat, ionomer kaca.
h. Siapkan
pasta walking bleach dengan mencampurkan
Na-perborat dengan cairan yang inert seperti air sehingga membentuk
konsistensi seperti pasir basah. Selanjutnya penuhi kamar pulpa dengan pasta,
memakai instrument plastis. Kelebihan cairan ditekan dengan butiran kapas .
i.
Buanglah kelebihan pasta oksidator dari
daerah undercut di dalam tanduk pulpa dan daerah gingival dengan eksplorer. Di
atas pasta dan kedalam undercut, diaplikasikan langsung campuran padat OSE atau
cavit.
j.
Buka isolator karet. Pasien diberi tahu
bahwa mungkin bahan pemutihnya mungkin belum akan terjadi dalam waktu 2 atau 3
minggu.
k. Jika
warna yang diinginkan sudah dicapai, maka tumpatan sementara dibongkar dan
diganti dengan tumpatan permanen.
2.
Teknik
Pemutihan Eksterna (Vital)
Hasil dari apa yang disebut teknik
pemutihan vital (aplikasi oksidator pada permukaan email gigi vital) jauh lebih
sukar diramalkan. Variabel yang ada lebih banyak dibandingkan teknik internal.
Jika perubahan warnanya ada di dentin, dan material pemutihnya diletakkan di
email yang relative tidak permeable, maka peluang material pemutih mencapai
daerah yang berubah warna hanya sedikit. Lain halnya jika perubahan warnanya
pada email, atau emailnya rusak atau porus, maka hasilnya bisa diharapkan lebih
bagus. Telah banyak teknik yang dianjurkan untuk pemutihan eksterna pada gigi
vital. Beberapa kasus perubahan warna berhasil dirawat dengan teknik ini tetapi
ada pula yang tidak. Factor-faktor yang menentukan adalah lokasi dan sifat
perubahan warnanya.
Teknik
pemutihan eksterna, antara lain:
•
Teknik Pumis Asam
Prosedurnya
adalah:
- Gigi yang
akan dirawat, difoto dahulu untuk digunakan sebagai arsip dan bahan pembanding
kelak.
- Gingival
dilindungi dan gigi diisolasi dengan hati-hati dengan isolator karet.
- Wajah pasien yang terbuka dan matanya
ditutup dengan kain atau handuk agar terlindung dari cipratan asam.
- Larutan HCl 36% dicampur dengan air suling
yang sama banyak sehingga membentuk larutan HCl 18%. Bubuhkan bubuk pumis halus
sehingga menjadi pasta kental. Pada cawan dappen yang lain, campurkan natrium
bikarbonat dan air sampai menjadi pasta kental , yang akan digunakan kemudian
sebagai penetral asam.
- Pasta pumis HCl diaplikasikan pada
email selama 5 detik. Permukaan rmail
kemudian dicuci dengan air selama 10 detik. Pasta diaplikasikan lagi sampai
warna yang dikehendaki tercapai.
- Permukaan gigi dinetralkan dengan campuran
Na-bikarbonat dan air.
•
Mouthguard Bleaching/nightguard
bleaching
Teknik
ini umumnya digunakan untuk perubahan warna ringan dan pada dasarnya dianjurkan
bagi teknik pemutihan yang bisa dilakukan sendiri oleh pasien (home bleaching
technique)
• Pemutihan
dengan Laser
Efek
pemutihannya diperoleh dengan proses oksidasi kimia yang diinduksi laser, yang
secara cepat akan memecah hydrogen peroksida menjadi oksigen dan air. Macam
laser yang digunakan ada dua yakni laser argon yang memancarkan sinar biru dan
laser CO2 yang memancarkan sinar inframerah.1
C.
Indikasi dan Kontraindikasi
Bleaching
non-vital
Indikasi
• Perubahan
warna berasal dari kamar pulpa
• Perubahan
warna dentin
• Perubahan
yang tidak dapat diatasi dengan perubahan eksternal
Kontraindikasi
• Perubahan
warna email superficialis
• Pembentukan
email tidak sempurna
• Kehilangan
dentin yang parah
• Karie
• Komposit
yang berubah warna
Bleachin
vital
Indikasi
• Perubahan
warna email yang ringan
• Florosis
indemik
• Perubahan
warna terkait dengan unsur
Kontraindikasi
• Perubahan
warna kehitaman yang parah
• Kehilangan
email yang parah
• Dekat
dengan tanduk pulpa
• Karies
• Gigi
yang hipersensitif
• Restorasi
korona yang buruk1
D. Evaluasi
Pasca Bleaching
1.
Bleaching eksternal
Penelitian
jangka panjang masih sedikit di lakukan dan tingkat keberhasilannya hanya
terlihat pada diskolorasi kuning muda pada gigi muda. Sedangkan untuk
diskolorasi yang lebih gelap bleaching eksternal ini hanya sedikit memberi
respon pada permungkaan gigi.
• Power
bleaching
Pasien diberi tau tentang prosedur namun
hasilnya bervariasi. An dapat terjadi peningkatan kesensitivitasan dalan 2-3
hari, serta pasien juga harus di instruksikan tidak memakan-makanan seperti
tembakau, teh atau kopi dan lain-lain.
• At
home bleaching
Jika ada gangguan silahkan segera
hentikan prosedur pemakaian dan cari pertolongan dokter gigi. Hasil bisa stabil
selama 1-10 tahun.
2.
Bleaching internal
Berhasil
memulihkan perubahan warna yang parah dan efeknya bertahan dalam wakt yang lama
• Walking
bleaching
Jika hasil yang
diinginkan belum tercapai bisa diberikan penambahan 3% H2O2 namun
pasien harus diberi tahukan tentang resikonya. Jika dalam waktu 3-4x pertemuan
tidak ada peningkatan maka diagnosis dan rencana perawatan harus di diagnosis
kembali. 3
2.2.2 Veneer
A.
Jenis
Veneer
dapat dibagi menjadi full veneer dan partial veneer. Full veneer diindikasikan untuk gigi dengan area diskolorasi yang
melibatkan hampir seluruh permukaan fasial, sedangkan partial veneer diindikasikan untuk gigi yang area diskolorasinya
terlokalisir.
B.
Indikasi
Veneer
diindikasikan untuk gigi yang mengalami :
1.
Malformasi
2.
Diskolorasi
3.
Erosi
4.
Abrasi
5.
Kesalahan Restorasi
C.
Prosedur
1.
Direct Veneer
•
Direct Partial Veneer
Direct
partial veneer dilakukan pada gigi yang mengalami
diskolorasi dengan dikelilingi oleh email sehat, pada teknik ini dapat
digunakan light-cure composite
sebagai bahannya.
Tekniknya adalah
:
- Pembersihan
- Pemilihan Warna
- Isolasi dengan cotton roll atau rubber dam
- Buat outline form sesuai dengan keluasan area
diskolorasi
- Etsa
- Restorasi
•
Direct Full Veneer
Direct
full veneer dilakukan pada kasus enamel hypoplasia yang luas (misal
meliputi seluruh gigi anterior maksila) atau pada gigi yang mengalami diastema
(antara gigi insisivus sentral). Pada teknik ini, dapat digunakan microfilled composite sebagai bahannya.
Untuk contoh
kasus enamel hypoplasia, veneer dapat
diselesaikan untuk 6 gigi sekaligus dalam sekali pertemuan, meskipun begitu,
alangkah lebih baiknya jika diselesaikan dalam 2 pertemuan.
Tekniknya adalah
:
- Gigi dibersihan
- Pemilihan Warna
- Isolasi
menggunakan cotton roll dan benang retraksi
- Kedua gigi insisivus sentral dipreparasi
dengan bur diamond di mana ketebalannya berkisar 0,5-0,75 mm.
- Etsa
- Bilas
- Pengeringan
- Aplikasi bahan bonding
- Perlekatan resin komposit dengan teknik
inkremen
- 4 gigi anterior lainnya dilakukan teknik
yang sama di pertemuan berikutnya.
2. Indirect
Veneer
Secara umum,
indirect veneer dapat dilakukan dengan menggunakan komposit, feldspatic porcelain, dan cast/pressed ceramic
•
No Prep Veneer
No
prep veneer dapat diaplikasikan pada gigi tanpa
preparasi. Namun bisa menimbulkan beberapa masalah. Maka hanya dipakai pada
gigi yang over-contoured, memiliki interdental space, dan memiliki incisal embrasure yang terbuka. Karena
beberapa alasan, maka no prep veneer
merupakan kontraindikasi.
•
Etched Porcelain Veneer
-
Preparasi intraenamel
Dilakukan dengan
menggunakan bur intan runcing atau bulat. Pertama, buat outline tepi dengan menggerakan bur dari masing masing permukaan
proksimal gigi. Lalu kemudian lakukan reduksi fasial dengan membaginya menjadi
3 zona yaitu 1/3 insisal, 1/3 tengah dan 1/3 gingiva. Kemudian, lalukan reduksi
pada bagian incisal egde dengan
kedalaman 1-1,5 mm.
-
Buat cetakan pada gigi yang telah
dipreparasi dengan menggunakan bahan elastomer untuk dicetak di laboratorium
kedokteran gigi.
-
Pada pertemuan selanjutnya, isolasi gigi
lalu evaluasi kecocokan veneer dengan struktur gigi.
-
Etsa permukaan gigi
-
Aplikasian bahan bonding ke gigi yang
telah dietsa dan bagian dalam veneer
-
Aplikasikan semen resin ke veneer
-
Letakkan veneer pada gigi
-
Buang kelebihan bahan dengan microbrush, polyester strip
-
Cure dengan alat light-curing
-
Buang kelebihan dengan surgical blade no.12
-
Pakai bur intan untuk men-dressing bagian marginal
-
Gunakan bur carbide untuk melakukan polishing.4
2.2.3
Perawatan
lain
A. Mikroabrasi
Suatu perawatan
di mana selapis tipis enamel kira-kira 0.1 mm disingkirkan dengan teknik erosi
dan abrasi secara stimulian. Biasanya permukaan enamel dietsa dengan asam
fosfat 36% atau asam hidroklorik 18% dan dipolis dengan pumice dan air sehingga
kilat. Teknik ini hanya diindikasikan untuk kasus diskolorisasi pada enamel
superfisial atau diskolorasi intrinsik. Kontraindikasinya adalah diskolorasi
yang parah / diskolorisasi pada lapisan enamel dan dentin.
Teknik :
•
Gigi yang akan di rawat di foto untuk
catatan permanen dan sebagai dasar untuk perbedaan selanjutnya.
•
Gingiva dan gigi hati-hati diisolasi.
•
Campurkan 18% asam hidroklorik dengan
bubuk pumice yang sesuai untuk membentuk pasta yang tebal. Di dalam dappen
glass, campurkan sodium carbonat dan air untuk membentuk pasta tipis yang akan
menetralisir asam.
•
Lalu aplikasikan ke permukaan enamel
dengan gerakan menggosok selama 5 detik. Lalu permukaan enamel disiram selama
10 detik dengan air.
•
Jika warna gigi yang diinginkan belum
muncul taruh berulang pasta tebal tadi.
•
Lalu netralkan permukaan enamel dengan
campuran sodium carbonat, dan gigi diberikan pasta profilaktik untuk
menghaluskan permukaan.
B. Makroabrasi
Untuk mikroabrasi,
sedikit lebih banyak permukaan enamel diambil yaitu sedalam 0.4 mm tidak lebih.
Hal ini mengindikasikan mahkota mengalami kekurangan ketebalan enamel. Untuk
makroabrasi teknik yang digunakan sama dengan teknik mikroabrasi.5
2.3
Restorasi
Pasca Endodontik
2.3.1
Jenis
Restorasi
- Resin
Komposit
Sifat Fisik:
Resisten terhadap perubahan warna
• Tensile
dam compresive strength lebih rendah dari amalgam
• Setting
terjadi 20-30 detik (setelah penyinaran)
Sifat mekanis:
• Adhesi
terjadi apabila dua substansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak apabila
disebabkan adanya gaya tarik—menarik yang timbul antara kedua benda tersebut
• Kekuatan
kompresif dan tensil RK lebih unggul dibandingkan resin akrilik
SifatKremis:
•
Resin gigi menjadi padat apabila
berpolimerasi
- Mahkota Pasak
•
Modulus elastisitas, compresive stregth
dengankoefisien ekspansi termal yang sama dengan dentin
•
ketahan terhadap korosi
- Onlay
•
Memperkuat gigi yang lemah karena
karies/restorasi yang sebelumnya
•
pada gigi posterior dapat menggantikan
RKmemiliki sifat yang lebih
•
resisten terhadap abrasif
•
setelah oklusal adjustment harus dipoles
kembali dapat mengabrasi gigi antagonisnya
•
kuat
•
tidak mudah aus
•
biokompetibel
•
kontrol
aus
•
restorasi bersifat sementara
•
berisiko meretakkan gigi bila pasien
sedang makan makanan panas/dingin.6-8
2.3.2
Pertimbangan
Periodontal
Kebanyakan kegagalan perawatan
endodontik disebabkan karna pemilihan restorasi yang kurang tepat. Jadi dasar
pertimbangan nya yaitu :
a. Banyaknya
jaringan keras gigi yang tersisa
Banyaknya
jaringan keras gigi yang tersisa mempengaruhi retensi dan resistensi. Retensi
maksudnya adalah suatu bentuk preparasi sedemikian rupa sehingga restorasi
tidak terlepas dari gigi, sedangkan resistensi adalah suatu bentuk preparasi
yang dimaksudkan agar gigi beserta restorasi mampu menahan tekanan kunyah
b. Fungsi
gigi
Fungsi
gigi dalam lengkung rahang juga mempengaruhi perimbanga restorasi, karna jika
gigi posterior yang terkena maka beban kunyah yang diterima besar, diindikasi
kan menggunakan restorasi onlay jika jaringan gigi yang tersisa sedikit, jika
jaringan yang tersisa banyak maka bisa menggunakan komposit high strength
dengan catatan kavitas tidak sampai ke daerah proximal gigi
c. Posisi/lokasi
gigi
Posisi
gigi dalam lengkung rahang juga mempengaruhi karna jika yang dimaksud adalah
gigi anterior maka mempertimbangkan nilai estetik nya, diindikasikan
menggunakan Resin komposit jika jaringan yang tersisa banyak, namun jika tidak
maka gunakan restorasi pasak yang diindikasikan untuk jaringan gigi yang
tersisa kurang dari 1/3 koronal
d.
Morfologi/anatomi saluran akar
Morfologi
saluran akar menjadi pertimbangan restorasi, jika gigi yang dimaksud adalah
gigi anterior dengan kerusakan mahkota yang parah namun memiliki saluran akar
bengkok itu akan menjadi perimbangan untuk menggunakan restorasi pasak. Untuk
gigi posterior bisa menggunakan pasak namun pada saluran akar distal jika rahang
bawah dan saluran akar palatal jika rahang atas dengan catatan saluran akar
tidak bengkok karna akan sulit menggunakan pasak.9
2.3.3
Jenis
Dowel Crown
Foundation
Restoration(Restorasi Pondasi)
Pertimbangan
Umum :
• Banyak
meterial dan teknik yang ada tapi tidak ada kombinasi materialyang dapat
mensubstitusi struktur gigi dengan baik
• Semakin
bnyak struktur gigi yang tersisa prognosis smakin baik
• Struktur
korona membantu menciptakan ferrule
syarat sukses
crown :
• Ferrule
harus paling tidak 2-3 mm
• Dinding
aksial harus paralel
• Restorasi
harus mengelilingi gigi secara keseluruhan
• Margin
harus berada di gigi utuh
• Crown
dan preparasinya tidak boleh mengganggu perlekatan periodonsium
Jenis Foundation Restoration
•
Direct
Digunakan ketika ada cukup jaringan
pada tepi gigi yang di preparasi, post disementasi di saluran akar dan core
dibangun di gigi tersebut secara
langsung
• Pasak(post)
Pasak membutuhkan retensi dan
resistensi yang baik
a.
Metal
-
Gold Alloy, Titanium, Stainless steel
-
Sangat kuat dan kaku
-
Flexural strength baik
b.
Fiber
-
Terdiri dari fiber(karbon, kaca, silika) yang
terkandung dalam resin(Bis-GMA, UDMA, TEGDMA, atau epoksi)
-
Yang paling sering adalah karbon+epoxy tapi
quartz+epoxy lebih baik dlm sifat fisik, estetis.
-
Flexural strength : 100 MPa
• Core
Pengganti karies, koronal yang
hilang, membatu menahan restorasi akhir
Sifat :
-
compressive
dan flexural strength baik
-
Stabilitas
dimensi baik
-
Mudah
dimanipulasi
-
Setting
time cepat
-
Kemampuan
bonding ke gigi dan pasak
• Resin
Komposit
-
Superior
dibanding GIC dan amalgam
-
Adhesif
-
Mudah
dimanipulasi
-
Setting
cepat
-
Translusen
dan opasitas tinggi
-
Dapat
dipakai dengan pasak metal, fiber, danzirkonia
-
Pasta
selfcure dan lightcure
-
Kekurangannya
: Mikroleakage, degradasi, harus menyisa 2 mm dri margin
• Amalgam
-
Compressive
strength tinggi
-
Tensile
strength tinggi
-
Modulus
elastisitas baik
-
Jika
digunakan dngan pasak metal lebih kuat dari post and core cast
-
Kekurangan
: non-adhesive, potensi korosi, diskolorasi
Dapat digunakan tanpa pasak dan
dengan pasak metal, menggunakan teknik amalcore yaitu amalgam dipadatkan ke
kamar pulpa dan ke korona masing-masing kanal sekitar 2-3 mm.
• GIC
dan RMGIC
-
Efek
kariostatik karena adanya flouride-release
-
Kekurangan
; strength rendah, mudah fraktur
-
Indikasi
: di gigi posterior yang memungkinkan material pengisi, sound dentin tersisa
masih banyak, harus ada kontrol karies.
-
Kontraindikasi
: gigi anterior yang tipis, menggantikan cusp yang tidakada dukungan sekitar
lagi.
-
Kelebihan
RMGIC: strength diatas rata-rata lebih baik dari GiC tapi lebih rendah dari RK,
adekuat untuk buildup ukuran sedang.
-
Kekurangan
RMGIC :ekspansi higroskopik yang dapat menyebabkan fraktur pada crown ceramic
dan akar yang rapuh.
•
Indirect
Foundation Restoration
Cast and post core
-
Yang
digunakan adalah noble alloy, yang sifatnya :
-
Kekakuan
: 86-100 Gpa
-
Strength
: 1500 Mpa
-
Resisten
thd korosi
-
Kekurangan
: memakan struktur gigi yang sehat utk insersi,
prosedur mahal dan teknik tinggi
• Lutting
cement
-
Semen
tradisionaal : zink fosfat atau semen polikarboksilat dalam posder dan liquid
-
Gic
konvensional : kompressive strength 100-200 Mpa, Modulus e : 5 Gpa, lebih
resisten dari zink fosfat dan bisa dibonding dgn dentin
-
RMGIC
: tidak diindikasikan untuk sementasi pasak karena ekspansi higroskopik
-
Resin
based : Compressive strength : 200 Mpa, ME : 4-10 Gpa
-
Self
adhesive cement : Alternative dari resin based10
SEMOGA BISA MEMBANTU
Jadikan ini sebagai bacaan tambahan saja ya guys ! karena sebaiknya kalian membaca textbook karena setiap ilmu yang kalian dapatkan harus dari sumber yang jelas agar kalian bisa mempertanggung jawabkannya
be smart guys !